Menyoroti Ariel dalam Wajah bangsa yang “morat-marit”

Agak gerah rasanya lama-lama dalam beberapa hari ini, sepertinya terlalu berlebihan media menyoroti Nazriel alias Ariel yg kini menjadi status bebas bersyarat disaat seluruh umat muslim sedang menjalankan ibadah puasa, karena semua orang tahu tentang tindakan amoral yang dilakukan oleh Aril. tapi aneh jg, kenapa ya kita bangsa Indonesia yang selalu menjunjung tinggi moral akidah malah justru membangga-banggakan “fans” sampai berlebihan. INGAT…!! sekarang bulan Ramadhan, bukannya memperbanyak ibadah, malah justru melakukan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat.

inilah mungkin wajah moral bangsa kita, sudah jelas-jelas orang yang telah melakukan tindakan asusila kok malah di dukung?? aneh…!!! atau mungkin ini adalah strategi yang dirancang oleh ariel supaya dapat eksis kembali di dunia musik serta menarik kembali para fans nya agar masih menerima ariel.

mirisnya melihat kronologi kasus hukum yang sedang berjalan, sidik punya sidik ternyata Hukum di Indonesia belum sempurna bahkan belum ada secara detil mengenai masalah porno aksi. sangsinya masih lemah. padahal ini kan mesti diprioritaskan ketimbang negara masih debatable jika berbicara soal hukum yang menyangkut para politisi. entahlah negri ini yang kurang adil dalam implementasi sosial, hukum, budaya, dll.

 

@BB Crew

Rumah Makan Hanya Ditutup Tirai

DUMAI(DP)-SERUAN dan edaran Walikota Dumai terkait pelaksanaan Bulan Ramadan yang tetap memperbolehkan rumah makan buka, dengan hanya pada bagian depan ditutup dengan tirai. Seruan ini, mengundang keperhatinan dan sangay disayangkan PMD Kota Dumai. Ini disampaikan Ketua PMD Kota Dumai, H Rasyid Ridho kepada Dumai Pos, Kamis (19/7). ‘’Kami sangat menyesalkan jika rumah makan dibiarkan buka selama bulan Ramadan ini, meskipun ketentuannya harus ditutup tirai,’’ujarnya. Karena dipertemuan PMD bersama Ormas Islam lainnya, baik PMD maupun Ormas lainya sepakat bahwa rumah makan harus tutup selama Ramadan dan boleh dibuka menjelang waktu berbuka.

Karena meskipun harus ditutup tirai, itu sama saja mengundang masyarakat yang sedang berpuasa, lagi pula saat ini rasa malu masyarakat sudah banyak yang hilang.
‘’Katanya Kota Dumai ini bernuansa agamais, makanya harus memiliki ciri khusus agamis ditengah-tengah umat,’’ujar pria yang akrab disapa Rasyid ini.
Jika pertimbangannya tetap menghormati musafir, bukankah setiap musafir sudah membawa bekalnya sendiri selama diperjalanan, jadi itu bukan alasan yang tepat.
‘’Kami hanya menyayangkan, padahal di daerah lain pemerintah daerahnya bisa mengambil kebijakan untuk menutup rumah makan saaat pagi menjelang buka puasa, kenapa Kota Dumai tidak bisa,’’pungkas Rasyid. (rio)

Ibhe Ananda

Mengukir Pena di Negeri Maya

Bung Demoffy

The Magic Of Thingking Big

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.